MAKNA DIBALIK PROSESI TINGKEPAN BAGI IBU HAMIL
A.
Tujuh
Bulanan atau Tingkepan
Di
Indonesia, kita hidup dalam adat istiadat kedaerahan yang masih dijunjung
tinggi. Bahkan bagi Anda yang tinggal di kota besar pun, Anda masih sering
harus mengadakan atau menghadiri berbagai macam upacara adat dari daerah asal
leluhur Anda. Upacara adat kedaerahan mengiringi setiap siklus kehidupan kita,
dari mulai kehamilan, kelahiran, pernikahan, dan macam-macam, sampai kematian
sebagai akhir hidup manusia. Suku Jawa adalah salah satu suku yang jumlahnya
cukup banyak di Indonesia. Di tambah lagi, suku Jawa mendiami Pulau Jawa
sebagai pulau terpadat di negara kita. Jika seorang wanita Jawa mengandung,
keluarganya yang masih memegang erat adat-istiadat harus mengadakan upacara
tujuh bulanan. Dahulu
acara tujuh bulanan merupakan semacam ritual yang dipercaya sebagai sarana
untuk menghilangkan petaka. Hal itu menunjukkan bahwa upacara-upacara itu
merupakan penghayatan unsur-unsur kepercayaan lama. Selain itu, terdapat suatu
aspek solidaritas primordial yang sangat kental di sini, yaitu upaya untuk
menjunjung tinggi adat istiadat yang secara turun-temurun dilestarikan oleh
kelompok sosialnya. Mengabaikan adat istiadat akan mengakibatkan celaan dan
nama buruk bagi keluarga yang bersangkutan di mata kelompok sosial masyarakatnya.
Namun sekarang ritual seperti acara tujuh bulanan telah mengalami akulturasi antara
adat masyarakat setempat dengan agama sehingga ada beberapa bagian yang telah
disesuaikan dengan kebutuhan agama. Bagi kita yang paling penting adalah niat dan
tujuan pelaksanaan acara tersebut.
Bagi mereka yang masih mempercayai dan
melaksanakannya, acara tujuh bulanan menjadi ritual penting dalam mempersiapkan
kelahiran calon anak manusia. Tradisi penuh simbol mewarnai rangkaian upacara,
yang semuanya berpengharapan baik. Si orang tua berharap agar persalinannya
lancar, anaknya jadi anak yang sehat dan berperilaku baik, dan harapan-harapan
indah lainnya. Dalam bahasa jawa tujuh bulanan disebut juga dengan tingkepan.
Tingkep artinya tutup, sehingga tingkep disebut juga upacara penutup selama
kehamilan sampai bayi dilahirkan, versi lain menyatakan bahwa tingkepan adalah
tata cara dan tata upacara masyarakat Jawa yang dilaksanakan ketika kandungan
seorang wanita mencapai usia tujuh bulan dan ia mengandung yang pertama kali.
Tingkepan disebut juga mitoni. Pelaksanaan tingkepan biasanya dilaksanakan
berdasarkan hitungan neptu (hari lahir dan pasaran calon ibu dan calon bapak
misalnnya hari Senin pasaran Pon) untuk mencari saat yang dianggap tepat,
kondisi calon ibu dan juga segi kepraktisan.
B.
Prosesi
Tingkepan di daerah Yogyakarta
Berdasarkan
informasi yang saya peroleh dari internet yang hanya saya jadikan sebagai
perbandingan dengan daerah saya di Pacitan, prosesi atau upacara tingkepan di
daerah Yogyakarta adalah sebagai berikut:
Tata Cara Pelaksanaan upacara Tingkepan :
1.
Siraman dilakukan oleh sesepuh sebanyak tujuh orang. Bermakna mohon doa restu,
supaya suci lahir dan batin. Setelah upacara siraman selesai, air kendi tujuh
mata air dipergunakan untuk mencuci muka, setelah air dalam kendi habis, kendi
dipecah.
2.
Memasukkan telur ayam kampung ke dalam kain (sarung) calon ibu oleh suami
melalui perut sampai pecah, hal ini merupakan simbul harapan supaya bayi lahir
dengan lancar, tanpa suatu halangan.
3.
Berganti Nyamping sebanyak tujuh kali secara bergantian, disertai kain putih.
Kain putih sebagai dasar pakaian pertama, yang melambangkan bahwa bayi yang
akan dilahirkan adalah suci, dan mendapatkan berkah dari Tuhan YME. Diiringi
dengan pertanyaan sudah “pantas apa belum”, sampai ganti enam kali dijawab oleh
ibu-ibu yang hadir “belum pantas.”
Sampai yang terakhir ke
tujuh kali dengan kain sederhana di jawab “pantes.” Adapun nyamping yang
dipakaikan secara urut dan bergantian berjumlah tujuh dan diakhiri dengan motif
yang paling sederhana sebagai berikut :
a.
Sidoluhur b. Udan Riris
c.
Sidomukti d. Sido Asih
e.
Truntum f. Lasem sebagai Kain
g.
Wahyu Tumurun h. Dringin sebagai
Kemben
Makna nyamping yang
biasa dipakai secara berganti-ganti pada upacara mitoni mempunyai beberapa
pilihan motif yang semuanya dapat dimaknai secara baik antara lain sebagai
berikut,
1.
Wahyu Tumurun
Maknanya agar bayi yang
akan lahir menjadi orang yang senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan selalu mendapat. Petunjuk dan perlindungan dari Nya
2. Sido Asih
Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang
yang selalu di cintai dan dikasihi oleh sesama serta mempunyai sifat belas
kasih
3. Sidomukti.
Maknanya agar bayi yang
akan lahir menjadi orang yang mukti wibawa, yaitu berbahagia dan disegani
karena kewibawaannya.
4. Truntum.
Maknanya agar keluhuran
budi orangtuanya menurun (tumaruntum) pada sang bayi.
5.Sidoluhur.
Maknanya agar anak
menjadi orang yang sopan dan berbudi pekerti luhur.
6. Parangkusumo.
Maknanya
agar anak memiliki kecerdasan bagai tajamnya parang dan memiliki ketangkasan
bagai parang yang sedang dimainkan pesilat tangguh. Diharapkan dapat mikul
dhuwur mendhem jero, artinya menjunjung harkat dan martabat orang tua serta
mengharumkan nama baik keluarga.
7. Semen romo.
Maknanya
agar anak memiliki rasa cinta kasih kepada sesama layaknya cinta kasih Rama dan
Sinta pada rakyatnya.
8. Udan riris.
Maknanya
agar anak dapat membuat situasi yang menyegarkan, enak dipandang, dan
menyenangkan siapa saja yang bergaul dengannya.
9. Cakar ayam.
Maknanya
agar anak pandai mencari rezeki bagai ayam yang mencari makan dengan cakarnya
karena rasa tanggung jawab atas kehidupan anak-anaknya, sehingga kebutuhan
hidupnya tercukupi, syukur bisa kaya dan berlebihan.
10.
Grompol.
Maknanya semoga
keluarga tetap bersatu, tidak bercerai-berai akibat ketidakharmonisan keluarga
(nggrompol : berkumpul).
11.
Lasem.
Bermotif garis
vertikal, bermakna semoga anak senantiasa bertakwa pada Tuhan YME.
12.
Dringin.
Bermotif garis horisontal, bermakna semoga anak
dapat bergaul, bermasyarakat, dan berguna antar sesama.
Mori
dipakai sebagai busana dasar sebelum berganti-ganti nyamping, dengan maksud
bahwa segala perilaku calon ibu senantiasa dilambari dengan hati bersih.Jika
suatu saat keluarga tersebut bahagia sejahtera dengan berbagai fasilitas atau
kekayaan atau memiliki kedudukan maka hatinya tetap bersih tidak sombong atau
congkak, serta senantiasa bertakwa kepada Tuhan YME.
4.
Pemutusan Lawe atau janur kuning yang dilingkarkan di perut calon ibu,
dilakukan calon ayah menggunakan keris Brojol yang ujungnya diberi rempah
kunir, dengan maksud agar bayi dalam kandungan akan lahir dengan mudah.
5.
Calon nenek dari pihak calon ibu, menggendong
kelapa gading dengan ditemani oleh ibu besan. Sebelumnya kelapa gading
diteroboskan dari atas ke dalam kain yang dipakai calon ibu lewat perut, terus
ke bawah, diterima (ditampani) oleh calon nenek, maknanya agar bayi dapat lahir
dengan mudah, tanpa kesulitan. Calon ayah memecah kelapa, dengan memilih salah
satu kelapa gading yang sudah digambari Kamajaya dan Kamaratih atau Harjuna dan
Wara Sembodro atau Srikandi.
6.
Upacara memilih nasi kuning yang diletak
di dalam takir sang suami. Setelah itu dilanjutkan dengan upacara jual dawet
dan rujak, pembayaran dengan pecahan genting (kreweng), yang dibentuk bulat,
seolah-olah seperti uang logam. Hasil penjualan dikumpulkan dalam kuali yang
terbuat dari tanah liat. Kwali yang berisi uang kreweng dipecah di depan pintu.
Maknanya agar anak yang dilahirkan banyak mendapat rejeki, dapat menghidupi
keluarganya dan banyak amal.
7.
Hidangan sebagai ucapan syukur kepada
Tuhan YME, yang disediakan dalam upacara Tingkepan antara lain :
a.
Tujuh Macam Bubur, termasuk bubur Procot.
b.
Tumpeng Kuat , maknanya bayi yang akan dilahirkan nanti sehat
dan kuat, (Tumpeng dengan Urab-urab tanpa
cabe, telur ayam rebus
dan lauk yang dihias).
c.
Jajan Pasar, syaratnya harus beli di pasar (Kue,buah,makanan kecil)
d.
Rujak buah-buahan tujuh macam, dihidangkan sebaik-baiknya supaya rujaknya
enak,bermakna anak yang dilahirkan menyenangkan dalam keluarga
e.
Dawet, supaya menyegarkan.
f..Keleman
Semacam umbi-umbian, sebanyak tujuh macam.
g.
Sajen Medikingan, dibuat untuk kelahiran setelah kelahiran anak pertama dan
seterusnya, macamnya :
·
Nasi Kuning berbentuk
kerucut
·
Enten-enten, yaitu
kelapa yang telah diparut dicampur dengan gula kelapa dimasak sampai kering.
·
Nasi loyang, nasi
kuning yang direndam dalam air,kemudian dikukus kembali dan diberi kelapa yang
telah diparut.
·
Bubur procot yaitu
tepung beras, santan secukupnya, gula kelapa dimasak secara utuh, dimasukkan ke
dalam periuk untuk dimasak bersama-sama
Kronologis Upacara Tingkepan
1.
Waktu Pelaksanaan
Antara
pukul 9.00 sampai dengan pukul 11.00 Calon ibu mandi dan cuci rambut yang
bersih, mencerminkan kemauan yang suci dan bersih.
Kira-kira
pukul 15.00-16.00, upacara tingkepan dapat dimulai, menurut kepercayaan pada
jam-jam itulah bidadari turun mandi. undangan sebaiknya dicantumkan lebih awal
pukul 14.30 WIB
2.
Hari Pelaksanaan
Biasanya
dipilih hari Rabu atau hari Sabtu, tanggal 14 dan 15 tanggal jawa, menurut
kepercayaan agar bayi yang dilahirkan memiliki cahaya yang bersinar, dan
menjadi anak yang cerdas.
3.
Pelaksana yang
menyirami/memandikan
Para
Ibu yang jumlahnya tujuh orang, yang terdiri dari sesepuh terdekat. Upacara
dipimpin oleh ibu yang sudah berpengalaman.
4.
Perlengkapan yang
diperlukan :
·
Bokor di isi air tujuh
mata air, dan kembang setaman untuk siraman.
·
Batok (tempurung)
sebagai gayung siraman (Ciduk)
·
Boreh untuk mengosok
badan penganti sabun.
·
Kendi dipergunakan
untuk memandikan paling akhir.
·
Dua anduk kecil untuk
menyeka dan mengeringkan badan setelah siraman
·
Dua setengah meter kain
mori dipergunakan setelah selesai siraman.
·
Sebutir telur ayam
kampung dibungkus plastik
· Dua
cengkir gading yang digambari Kamajaya dan Kamaratih atau Arjuna dan Dewi Wara
Sembodro.
·
Busana Nyamping aneka
ragam, dua meter lawe atau janur kuning
· Baju
dalam dan nampan untuk tempat kebaya dan tujuh nyamping, dan stagen diatur
rapi.
· Perlengkapan
Kejawen kakung dengan satu pasang kain truntum. Calon ayah dan ibu berpakain
komplet kejawen, calon ibu dengan rambut terurai dan tanpa perhiasan.
2.
Selamatan/ Sesaji
Tingkepan
1.
Tumpeng Robyong dengan kuluban, telur ayam rebus, ikan asin yang digoreng.
2.
Peyon atau pleret adonan kue/nogosari diberi warna-warni dibungkus plastik,
kemudian dikukus.
3.
Satu Pasang Ayam bekakah (Ingkung panggang)
4.
Ketupat Lepet (Ketupat dibelah diisi bumbu)
5.
Bermacam-buah-buahan
6.
Jajan Pasar dan Pala Pendem (Ubi-ubian)
7.
Arang-arang kembang satu gelas ketan hitam goreng sangan
8.
Bubur Putih satu piring
9.
Bubur Merah satu Piring
10
Bubur Sengkala satu piring
11.
Bubur Procot/ Ketan Procot, ketan dikaru santan, setelah masak dibungkus dengan
daun/janur kuning yang memanjang tidak boleh dipotong atau dibiting.
12.
Nasi Kuning ditaburi telur dadar, ikan teri goring, ayam,rempah
13.
Dawet Ayu (cendol, santan dengan gula jawa)
14.
Rujak Manis terdiri dari tujuh macam buah.
Perlengkapan
selamatan Tingkepan diatas, dibacakan doa untuk keselamatan seluruh keluarga.
Kemudian dinikmati bersama tamu undangan dengan minum dawet ayu, sebagai
penutup.
A.
Prosesi
Tingkepan di Daerah Saya (Kabupaten Pacitan)
Prosesi atau tata cara tujuh bulanan bagi ibu hamil didaerah
saya (Kabupaten Pacitan) sangat sederhana tidak sebanyak dan serumit
persyaratan yang ada di daerah lain dalam hal ini yang saya jadikan
perbandingan adalah daerah Yogyakarta. Tingkepan didaerah saya dilaksanakan
ketika seorang ibu hamil telah memasuki usia ketujuh masa kehamilan. Jadi
tingkepan dilaksanakan pada bulan ketujuh. Sedangkan waktu tepat pelaksanaannya
ditentukan oleh sesepuh desa, biasanya sebelum melaksanakan tingkepan harus
berkonsultasi dahulu dengan sesepuh desa. Dalam berkonsultasi dengan sesepuh
desa biasanya sesepuh desa menanyakan hari lahir dan pasaran dari calon ibu dan
calon bapak (neptu) serta menanyakan nama dari calon ibu dan calon bapak,
setelah itu sesepuh desa baru bisa menentukan kapan pelaksanaan tingkepan bisa
dilaksanakan. Sedangkan waktunya kalau bisa dilaksanakan antara pagi sampai
siang hari. Setelah waktu pelaksanaan ditentukan, sesepuh desa akan memberikan
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam acara tingkepan nanti.
Persyaratan
prosesi tingkepan
1. Satu
buah memetri (nasi berbentuk kerucut 4 kecil dan 1 besar, yang kecil
mengelilingi yang besar) diberi 7 macam sayuran yang dimasak urap.
Memetri ini ditujukan kepada calon ibu. Maknanya adalah agar
calon ibu selalu diberi keselamatan dan kelancaran dalam segala hal. Sedangkan
sayuran tujuh rupa adalah melambangkan bahwa usia kehamilan itu telah memasuki
tujuh bulan
2. Buceng
(nasi berbentuk kerucut kecil semua) yang berjumlah 3,5,dan 7 juga diberi 7
macam sayuran yang dimasak urap
Buceng ini ditujukan pasa si bayi. Buceng ini terdiri dari 3
buah, melambangkan ketika bayi berusia tiga bulan. 5 buah melambangkan ketika
si bayi usia lima bulan dan 7 buah melambangkan ketika si bayi berusia tujuh
bulan. Sedangkan maksud dari 7 macam sayuran sama dengan maksud dari
persyaratan pada nomor 1 diatas.
3. Buceng
meteng (nasi berbentuk kerucut yang didalamnya terdapat telur rebus) dan diberi
sayuran.
Melambangkan si ibu yang sedang hamil.
4. Ayam
2 ekor (berbulu merah dan putih) disayur yang dimasukkan dalam panci yang
terbuat dari tanah.
Dua ekor ayam yang berbulu merah dan putih melambangkan bahawa
si bayi berasal dari dua hal yaitu benih pria (putih) dan wanita (merah) yang
bersatu dalam wujud bayi yang akan lahir. Sedangkan ayam yang disayur lalu
dimasukkan dalam kendi melambangkan perut ibu yang hamil.
5. Buceng
1 golong 12 (nasi berbentuk kerucut 1 besar dan 12 berukuran kecil) juga diberi
7 macam sayuran yang dimasak urap.
Buceng 1 golong 12 ini melambangkan bahwa dalam 1 tahun terdapat 12 bulan.
6. Jenang
merah dan jenang putih
Melambangkan benih pria (putih) dan wanita (merah) yang bersatu
dalam wujud bayi yang akan lahir.
7. Jenang
brojol yang terdiri dari juruh (kuah yang terbuat dari gula merah)1 gelas,
santan kelapa 1 gelas dan 1 pisang raja yang dimasukkan dalam gelas yang berisi
santan tersebut.
Maknanya juga sama dengan jenang merah dan jenang putih diatas.
8. Kukusan
(anyaman bambu berbentuk kerucut yang bagian bawahnya dilubangi).
Kukusan melambangkan ibu yang sedang hamil dan kukusan yang
dilubangi melambangkan sebagai jalan keluar si bayi.
9. Sekul
suci (nasi uduk) dan ayam panggang .
Sekul suci dan ayam panggang berujuan untuk mengucapkan syukur
kepada Allah SWT dan nabi Muhammad SAW atas rezeki yang telah diterima.
10. Jajanan
pasar bermacam-macam sesuai dengan jumlah neptu si calon ibu.
Bermakna anak yang dilahirkan dapat membawa berkah dan
kebahagiaan dalam keluarga.
Tata cara pelaksanaan tingkepan
1.
Dilaksanaakan pada
waktu hari yang telah ditentukan
2.
Sebelumnya telah mengundang
tetangga dekat dan sesepuh desa
3.
Berbagai persyaratan
yang telah disebutkan diatas kemudian dibawa dari dapur secara bersamaan (tidak
boleh satu persatu) ke tempat pelaksanaan prosesi tingkepan tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar nanti dalam proses persalinan bayi dapat keluar secara lancar.
4.
Sesepuh desa memimpin
doa dan maksud pelaksanaan acara ini
5.
Buceng meteng kemudian
dibelah dengan pisau. Ini bisa dilaksanakan oleh siapa saja, boleh calon bapak
atau calon ibu ataupun orang lain. Pada bagian ini ada mitos bahwa jika pada
waktu membelah tepat mengenai tengah telur maka anaknya nanti laki-laki tetapi
jika meleset maka anaknya perempuan
6.
Juruh dan santan kelapa
yang ada pisang raja dicampur dalam 1 gelas kemudian calon ibu meminum air
campuran juruh dan santan tersebut lalu sisanya ditumpahkan melewati kukusan
yang telah dilubangi sebelumnya. Melambangkan bahwa dalam proses kelahiran
nanti diharapkan agar lancar dan mudah tanpa kesulitan seperti tumpahnya
campuran juruh dan santan yang ada pisangnya tersebut. Sedangkan pisangnya
dipilih pisang raja agar anaknya nanti diharapkan bisa menjadi raja (pemimpin).
7.
Panci yang terbuat dari
tanah tersebut isinya dipindahkan ke tempat lain lalu dibanting/dipecahkan.
Melambangkan agar dalam proses kelahiran mudah .
8.
Para undangan
(tetangga) makan bersama-sama.
9.
Sisa makanan yang ada
dibungkus dan diberikan kepada para undangan. Tidak boleh ada sisa makanan yang
di bawa kebelakang.
10 Melambangkan agar nanti proses persalinan si
bayi dapat keluar dengan lancar tanpa kesulitan
0 Response to "MAKNA DIBALIK PROSESI TINGKEPAN BAGI IBU HAMIL"
Post a Comment